. Buka website. Register. Isi form pendaftaran, upload foto, upload dokumen (ijasah, transkrip - wajib, TPA, TOEFL ITP - kalau ada), lalu verifikasi.
Riskarima Safitri 13 July 2017 at 02:32. Mau nanya kak, berapa skor minimal untuk TPA supaya bisa lulus? Maaf saya mau nanya soal jadwal ujian masuk S2 UI dalam setahun ada berapa kali ya? Dan di bulan appa saja? Saya dari Medan sedang cari2 info ujian masuk S2 UI. Trimakasih sebelimnya ya. Reply Delete. Sampel penelitian terdiri atas 40 orang mahasiswa yang mengikuti kuliah zoologi. Dengan instrumen penelitian berupa soal ujian pada materi pembelajaran ikatan. Rancangan penelitian pada tahap awal berupa seleksi siswa yang meliputi. Scale testing model development, and wide scale testing model validation.
Membayar biaya pendaftaran sebesar 750.000 (kecuali Psikologi dan Keperawatan) via ATM (ada banyak pilihan bank serta bisa via ATM, internet banking, teller tergantung bank-nya). Kala itu saya membayar via ATM BRI tapi gagal terus. Penyebabnya adalah pertama, ternyata tanggal pembayaran belum dibuka.
Kedua, BRI-nya yang belum membuka (padahal sudah masuk waktu pembayaran berdasarkan jadwal di UI). Caranya mudah untuk BRI, tinggal masuk ke menu pembayaran - pendidikan - UI - tulis kode UI (008) disertai nomor pendaftaran 9 digit.
Mengecek ke website apakah pembayaran sudah diterima sehingga bisa men-download kartu ujian. Tidak instan ya. Jadi ada jeda waktu sampai kartu ujian kita bisa di-download.
Pengalaman saya mentransfer hari jumat, rabu baru bisa download kartu. Tapi mungkin saja sudah berubah sekarang.
Persiapan tes TPA dan Bahasa Inggris tanggal 10 April 2016. Kartu ujian dicetak berwarna dan tidak boleh dilaminating karena akan ditandatangani pengawas ujian.
![Soal Ujian Masuk S2 Ui 2017 Screening Soal Ujian Masuk S2 Ui 2017 Screening](http://sukses-tpa.com/wp-content/uploads/2017/07/tpa8.jpg)
Bawa kartu pengenal sesuai yang kita cantumkan ketika pendaftaran. Karena saya berasal dari luar Jawa, jadi tentu saja harus menginap. Akhirnya pilihan jatuh pada Wisma Makara UI setelah searching beberapa penginapan. Sekitar 10 hari sebelum hari H coba kontak telepon Makara dan ternyata masih tersedia kamar kosong. Pilihan jatuh pada kamar tipe superior. Sewa semalam 389 ribu rupiah. Setelah sampai di sana, rupanya kamarnya lumayan luas.
Dan fasilitasnya juga lumayan. Hanya saja shower di kamar yang saya tempati ternyata tidak mengalir deras karena mengalir duluan di bawah kepala showernya itu jadi tidak mengalir full sampai atas. Cukup mengganggu tapi bukan sesuatu yang fatal sih.
Terus kunci kamarnya tidak menggunakan kartu seperti di hotel-hotel. Masih manual. Makara letaknya jauh dari Gedung H atau pun dari pusat keramaian di luar UI jadi kalau mau cari makan ya harus keluar dulu.
Transportasi Di sebelah kiri Makara, ada asrama UI. Nah, di situlah mangkal ojek. Di sebelah satpam. Jadi, kalau mau ke mana-mana ya dari Makara jalan kaki ke sebelah masuk pos satpam bilang saja ojek.
Tarif untuk di sekitaran UI 10 ribu rupiah sekali ojek. Kalau keluar UI lebih bayarnya.
Waktu itu saya minta diturunkan di tempat yang ramai orang jualan makanan atau pun ada Indomaret Alfamaret, tarifnya 15 ribu. Pernah juga saya turun di halte UI karena mau cari taksi, bayar 7 ribu. Kalau waktu mau tes, saya keluar Makara jam 06.20 pagi. Seharusnya sarapan dulu karena di Makara disediakan sarapan jam 6 pagi tapi saya yang tidak keburu. Langsung cabut saja ke sebelah. Ojek ada banyak yang mangkal. Padahal awalnya takut habis karena banyak sekali yang ikut tes.
Dan memang jalanan macet loh. Untung tukang ojeknya pinter nyelip-nyelip jadi jam 7 kurang sudah sampai Gedung H. Sampai Gedung H, sudah ada tulisan lokasi ujian. Saya ujian di lantai 3.
Ruang paling dekat dengan lift. Lupa ruangan berapa kalau tidak salah ingat 305. Begitu naik ke atas, ternyata sudah penuh para peserta yang sedang menunggu dibukakan pintu masuk ruangan. Di situ campur baur peserta yang mau mengambil berbagai jurusan. Jam 7 baru peserta boleh masuk.
Rupanya saya dapat kursi paling depan. Kolom kedua dari pojok.
Setengah jam pertama adalah waktunya untuk mengisi biodata dan mengecek soal apakah jumlah halamannya sudah benar. Nah, saat pengecekan ini sebenarnya bisa loh sambil curi-curi lihat soalnya. Tapi tidak signifikan juga sih. Mending ikut prosedur sajalah.
Hati juga lebih tenang. Sebelum soal dibagikan ada 4 orang peserta yang dijadikan saksi bahwa soal masih utuh masih dilem. Dan saya menjadi salah satu saksi karena duduk di depan.
Diminta tanda tangan juga sebagai saksi soal utuh. Nanti juga sekalian sebagai saksi bahwa soal langsung dimasukkan ke amplop dan dilem ketika ujian selesai. Kalau persyaratan sebelum tes ya standar.
Tas diletakkan di depan. Di atas meja hanya boleh meletakkan kartu identitas, kartu ujian dan alat tulis. Alat tulis hanya boleh membawa pensil, pena, penghapus dan rautan.
Kotak pensil tidak diperbolehkan. Jam tangan harus dilepas. Untuk perkiraan waktu nanti panitia akan menggambar di papan tulis berupa persegi panjang yang diarsir berapa waktu yang sudah berjalan. HP harus dimatikan.
Untuk tes TPA ada 3 sesi. Soal terdiri 3 warna. Satu sesi satu warna. Selesai satu sesi tidak boleh membuka sesi sebelumnya atau selanjutnya. Tidak boleh curang intinya. Kemampuan bahasa 40 soal (30 menit) Kemampuan kuantitatif 30 soal (50 menit) Kemampuan logika 40 soal (40 menit) Total 100 soal (Benar 4, salah -1, kosong 0) Bahasa Inggris Structure 40 soal Reading 50 soal Total 90 soal (tidak ada pengurangan nilai) Kesan Yang berkesan itu TPA-nya. Karena sulit hehe.
Hanya setengahnya lebih sedikit yang saya isi. Sebelum lembar jawaban ditarik panitia, terus terang saya shock begitu saya hitung jumlah jawaban yang saya hitamkan. Hanya 58 dari 100. Itupun tidak tahu benar atau tidak.
Apa mungkin saya lulus dengan hanya 58% isian. Apa mungkin saya meraih skor 500?
Meski saya sudah pernah mencoba tes TPA Bappenas yang juga sulit, tapi ini terasa lebih sulit. Mungkin karena ada pengurangan nilai juga ya jadi harus hati-hati betul.
Kalau Bappenas kan tidak ada pengurangan nilai jadi masih bisa gambling. Saya sempat berbincang dengan peserta tes lain di sebelah saya. Dia mengambil jurusan farmasi. Background dia memang eksak. Sementara jurusan yang mau saya ambil masuk FISIP. Nah, dia bilang matematikanya susah.
Iya memang betul susah. Dia bilang kalau dia yang dari eksak saja merasa soalnya sulit apalagi saya yang bukan eksak. Dalam hati saya, saya juga background-nya eksak Mbak. Hehe Kalau bahasa Inggris-nya standar TOEFL. Alhamdulillah bisa mengerjakan dengan lumayan tenang dan yakin dibanding ketika TPA.
Mungkin efek tak ada pengurangan nilai. Semua pertanyaan saya selesaikan.:) Pakai buku apa untuk persiapan? Buku TPA mana saja saya pikir bisa untuk persiapan belajar. Karena biasanya mirip-mirip sih isinya.
Dan kebanyakan yang beredar adalah standar OTO Bappenas. Saya juga punya buku kumpulan soal TPA OTO Bappenas. Lebih banyak buku lebih baik karena saling melengkapi. Yang penting dipelajari.:).
Selesai tes, saya antri toilet dulu di lantai 3. Karena pas istirahat tidak jadi antri toilet saking ramainya antrian sampai ke tangga.
Baru setelah itu turun dan sholat di musholla depan belok kiri Gedung H. Sholat, istirahat sebentar menenangkan diri lalu naik ojek lagi ke Makara mengambil tas yang saya titipkan ke receptionist karena sudah checkout paginya. Jalanan masih tetap macet. Setelah itu saya ngojek lagi ke halte UI menunggu taksi.
Selain jalanan macet, taksi juga jarang yang lewat. Kalaupun ada, sudah ada penumpangnya.
Eh, memang rejeki, ada satu taksi berhenti tepat di depan halte tapi sudah ada penumpangnya sih. Ternyata turun semua penumpangnya. Ya sudah saya naik taksi tersebut akhirnya. Saya kan mau mengejar waktu ke bandara Soetta. Jalanan masih macet sampai Lenteng Agung.
Padahal hari minggu loh. Biasanya hari libur kan relatif sepi ketimbang hari kerja. Jam empat kurang 5 menit saya sampai juga di Soetta. Syukurlah saya tidak mengambil pesawat setengah 5 sore, tapi jam setengah 8 malam. Kalau tidak, alamak terlambat saya. Sampai Soetta masih bisa makan dulu. Sejujurnya saya kelaparan hehehe.
Cuma makan roti masih belum cukup. Dan saya merasa pening mungkin karena lapar plus energi terkuras pas tes. Setelah makan langsung check in. Ke ruang tunggu langsung ke musholla menunggu sholat magrib. Rupanya pesawat terlambat sekitar 15 menit.
Pengumuman Hasil Hasil seleksi diumumkan satu bulan an setelah tes yaitu tanggal 16 Mei 2016 pukul 15.00 WIB. Kemarin Senin adalah tiba saatnya pengumuman, saya buka website UI di kantor. Sekitar 10-20 menit pertama website tidak bisa dibuka. Mungkin crash karena banyak yang akses di saat bersamaan.
Setelah itu baru bisa saya buka. Saya log in terlebih dahulu lalu saya buka menu 'hasil seleksi'. Alhamdulillah lulus.:) Namun, sepertinya belum rejeki saya untuk mengikuti perkuliahan di UI tahun ini. Beasiswa yang ingin saya kejar rupanya sudah terlambat karena kesalahpahaman saya menangkap informasi.
Jikalau saja saya ada di Jakarta, kemungkinan besar saya akan lanjut biaya sendiri tanpa harus menunggu beasiswa. Good luck buat readers yang ingin mencoba peruntungan! Begitulah perjalanan saya readers.
Sampai jumpa di pos berikutnya.:) Pic credit twitter simakui. Sulit itu relatif ya siapa orangnya. Kalau menurut saya lebih sulit.
Tapi menurut orang lain atau mungkin kmu belum tentu. Soal tpa ui lebih sedikit dari bappenas. Siapa tahu kalau kamu ikut, soal-soalnya termasuk kategori yang kamu bisa. Jadi jangan pesimis dulu. Tidak ada tertulis berapa skor minimal untuk diterima. Tapi saya baca di salah satu syarat beasiswa di web ui minimal 500 baik tpa maupun toefl.
Jadi mungkin bisa jadi patokan sekitar itu. Usahakan ikut bappenas buat latihan mencapai 500an. Selamat belajar! Saya tidak tahu berapa skor minimal untuk diterima karena tidak disebut di web ui.
Kenyataannya saat saya ikut tahun 2016, saya dinyatakan lulus padahal isian tpa cuma 50%. Saya juga tidak tahu ada di peringkat berapa.
Bisa jadi itu keberuntungan saya saat itu. Beda tes bisa beda nasib.
Pasti ada standar nilai untuk lulus. Tapi tidak disebut berapa. Tidak tahu cara menghitungnya bagaimana. Kalau perkiraan saya sekitar 500 mungkin ya. Lebih dari itu lebih baik untuk cari aman. Banyaknya yg ikut di prodi yg kita minati juga berpengaruh saya pikir.
Walau kita memenuhi standar minimal tapi terbatas kuota prodi juga. Bersaing dengan teman lain. Saya pikir peraturan bisa berubah sewaktu2. Persiapkan diri saja sebaik mungkin saran saya. Mba saya mau tanya, kalau saya sudah punya sertifikat TPA(masih berlaku) apakah saya harus ikut TPA lagi? Dan saya sudah punya sertifikat TOEFL(masih berlaku) apakah saya harus ikut TOEFL lagi?
Saya sebelumnya ikut di ITB tapi saya lebih tertarik ke UI jadi saya sudah memiliki sertifikatnya. Saya tertarik dengan 'SIMAK Genap UI' masih lama sih memang bulan oktober, rencana saya ngambil arsitektur apakah ada test lain lagi?
Soalnya saya liat ada persyaratan bisa menulis dan berbicara menggunakan bahasa inggris(apakah ini sebuah test) terimakasih.:). Hi mbak Reana, salam kenal:) Bulan lalu saya ikutan SIMAK S2 UI untuk Prodi Sejarah, belum ada gambaran tentang proses tesnya jadi baca2 blog tentang SIMAK S2 UI & tulisan mbak yang paling saya suka, karena benar2 detil, sehingga saya bisa punya gambaran yang clear & persiapan yang cukup dalam menghadapi hari H. Di ruang ujian, saya diminta jadi salah satu saksi (kayak mbak Reana), trus pas waktu ujian TPA habis, saya ngitung jumlah soal yang saya jawab (ngikut mbak Reana), duh hanya 60 soal, itupun gak yakin semuanya benar!
Paling parah Matematika, kayaknya saya hanya bisa jawab kurang dari 10 soal ehehe. Agak pesimis untuk bisa lulus, tapi pengalaman mbak memberikan saya harapan. Setelah menunggu 1 bulan lebih, kemarin akhirnya hasil seleksi diumumkan - alhamdulillah saya lulus! Terimakasih mbak Reana, tulisan mbak sangat bermanfaat:) Sukses selalu untuk mbak!